Ketika kita mengalami sakit gigi, tempat yang kita tuju adalah dokter gigi. Dan ketika sakit gusi pun tempat kita tuju masihlah dokter gigi. Lantas bagaimana peran dokter bedah mulut?
Dokter spesialis bedah mulut adalah dokter yang menangani perawatan kelaian di rongga mulut seperti gigi bungsu yang terpendam atau tumbuh miring, implan gigi, kecelakaan yang menyebabkan patah tulang rahang, kelainan celah bibir dan celah langit-langit serta tumor di rongga mulut. Berbeda dengan dokter gigi yang hanya menangani permasalahan ringan yang terjadi pada kesehatan gigi dan mulut. Bahkan, bedah mulut memungkinkan untuk merubah struktur gigi yang tidak normal ataupun merubah bentuk gigi yang membuat wajah tampak aneh. Begitulah kiranya perbedaan dokter gigi dengan dokter bedah mulut.
Dokter spesialisasi Bedah Mulut & Maksilofasial atau yang lebih akrab disebut dokter bedah mulut (Oral Surgery) ini di beberapa Negara cukup tenar dengan keahlian khusus yang dimiliki menyangkut aspek bedah yang berkaitan dengan mulut. Bahkan, selama perjalanan kurang lebih 100 tahun, para ahli bedah mulut atau dokter tersebut terus mengembangan kemampuan dengan melebihi kapasitasnya sebagai dokter yang menangani masalah mulut akan tetapi juga menangani hal yang terkait dengan permasalah kelainan di mulut yaitu sekitar rahang, utamanya rahang. Kemudian oleh ahli medis kemudian di sebut menjadi Bedah Mulut dan Maksilofasial (Oral & Maxillofacial Surgery). Maxillo berasal dari bahasa latin yang berarti rahang, facial juga berasal dari bahasa latin yang menunjukan keahlian spesialisasi ini untuk melakukan tindakan bedah di daerah wajah.

Dalam tindakannya, secara garis besar dokter Bedah Mulut dan Maksilofasial (Oral & Maxillofacial Surgery) menangani dua pembedahan yaitu yang pertama pembedahan minor di mana pembedahan dengan anestesi lokal biasanya dilakukan pada pengambilan gigi belakang yang tumbuhnya miring atau yang tidak dapat tumbuh dan juga dapt dilakukan untuk penghalusan tulang dimana ada tonjolan tulang yang tajam sebelum pembuatan gigi palsu. Kedua pembedahan mayor di mana pembedahan dengan anestesi umum biasanya dilakukan pada kasus rahang yang patah atau pengangkatan tumor yang besar.
Lebih jelasnya, bentuk pelayanan yang diberikan oleh Bedah Mulut dan Maksilofasial (Oral & Maxillofacial Surgery) yaitu seperti pencabutan. Odontektomi atau tindakan bedah untuk mengeluarkan gigi bungsu yang impaksi, implan gigi yaitu membuat gigi tiruan yang paling mirip dengan gigi asli, ekstirpasi kista yaitu tindakan pengangkatan seluruh massa kista beserta kapsulnya, insisi atau eksisi gingiva atau sayatan kecil pada bagian dalam atau luar gusi, alveolektomi yaitu tindakan bedah untuk membuang tulang alveolaris yang menonjol baik sebagian maupun seluruhnya, dan paling umum yaitu tindakan bedah dengan anestesi umum.
Untuk dapat beroperasi, dokter bedah mulut setidaknya harus melaksanakan pendidikan profesi dokter gigi (PPDGS). Pendidikan dokter jurusan tersebut dalam ditempuh di fakultas kedokteran tinggi beberapa universitas seperti Universitas Indonesia (UI) Jakarta, Universitas Padjajaran (UNPAD) Bandung, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut di masing-masing universitas tersebut memiliki kurikulum yang berisi empat kelompok besar mata ajaran yaitu ilmu kedokteran dasar (basic medical science), ilmu kedokteran klinis (basic clininal science), ilmu bedah dasar (basic surgical science), dan ilmu bedah mulut & maksilofasial-nya sendiri.

Di mulai dari ilmu kedokteran dasar yang terdiri dari ilmu-ilmu dasar misalnya seperti anatomi bedah, fisiologi, farmakologi, patologi anatomi, patologi klinik, dan lain sebagainya. Kemudian masuk pada kurikulum ilmu kedokteran klinis yang terdiri dari cabang-cabang ilmu kedokteran klinis dasar yang harus dikuasai dokter bedah mulut agar dapat menunjang keahlian sebagai seorang spesialis Bedah Mulut & Maksilofasial, yaitu terdiri dari ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, anestesi dan reanimasi, ilmu peny THT-KL, radiologi, ilmu bedah, dan lain sebagainya. Masing-masing dari kurikulum tersebut harus diikuti. Hal ini sama seperti halnya menjalani dokter umum yang melalui beberapa proses dan tahap untuk kemudian dapat melakukan praktik.
Setidaknya untuk menjadi dokter Bedah Mulut dan Maksilofasial seseorang haruslah sudah menguasai ilmu bedah dasar, sama seperti halnya dokter bedah lainnya. Meski dikatakan terkadang bedah yang dilakukan tiap spesialis dokter berbeda-beda, ilmu bedah dasar ini setidaknya sedikit member gambaran mengenai bagaimana bentuk atau cara melakukan bedah agar tidak terjadi kesalahan fatal.

Selain itu, ilmu bedah Mulut & Maksilofasial masih terbagi oleh beberapa cabang ilmu yang kemudian akan dibedakan berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh seorang spesialis bedah Mulut & Maksilofasial, di antaranya seperti bedah dentoalveolar, bedah praprostetik, implantologi, infeksi, kelainan kongenital, kista-neoplasma jinak & ganas, kelainan kelenjar ludah, facial pain-kelainan saraf kranial V & VII, traumatologi, kelainan & bedah TMJ, bedah ortognatik & osteodistraksi, special care in dentistry (pengelolaan medically compromised patient). Lama waktu tempuh untuk menjalani dokter bedah Mulut dan Maksilofasial memang berbeda-beda, ada yang menerapkan kurang lebih 1,5 semester atau ditempuh dalam waktu 6 bulan, ada juga yang lebih dari itu bergantung dengan instansi masing-masing dan bimbel kedokteran yang diikuti. Dari penjelasan di atas tentu Ada sudah dapat melihat pembagian kerja dokter gigi dengan dokter bedah mulut bukan?